Pages

Senin, 14 Mei 2012

Pompeii

Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Lokasi :
Pompeii terletak pada koordinat 40° 45′ 2″ LU, 14° 29′ 23″ BT, sebelah tenggara kota Napoli,
dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari
aliran lava ke arah utara di hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama "Sarnus"). Saat ini
daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat
dengan pantai.
 Pada abad pertama M, Pompeii hanyalah salah satu dari sekian kota yang berlokasi di
sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar jumlah penduduknya yang menjadi
makmur karena daerah pertaniannya subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar
Pompeii seperti Herculaneum juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedi
letusan Vesuvius.

Vesuvius mengubur kota Pompeii

Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah lama
terbiasa dengan getaran kecil, namun pada 5 Februari 62 terjadi gempa bumi yang hebat
yang menimbulkan kerusakan yang cukup besar di sekitar teluk itu dan khususnya
terhadap Pompeii. Sebagian dari kerusakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung
berapi itu meletus. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada
gempa yang disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di dalam gunung
berapi.
Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64, peristiwa ini dicatat oleh
Suetonius dalam biografinya tentang Nero, dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus
dalam Buku XV dari Annales karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil
dalam sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum. Suetonius
mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga selesai
lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah orang-orang di
dalamnya dievakuasi.
Penulis Plinius Muda menulis bahwa getaran bumi itu "tidaklah begitu menakutkan karena
sering terjadi di Campania".
Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering. Getaran-getaran
gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79, dan menjadi semakin sering pada empat
hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan pada sore hari
tanggal 24 Agustus, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu
merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah pemukimanlainnya.
Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi.

Lenyap selama 16 abad
Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan kaki gunung
Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan terlupakan. Kemudian kota
Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali
kembali dari lapisan debu tebal dengan membebaskan semua bangunan-bangunan dan
lukisan dinding yang masih utuh. Sebenarnya, kota ini telah ditemukan kembali pada 1599
oleh seorang arsitek bernama Fontana yang menggali sebuah jalan baru untuk sungai
Sarno, namun membutuhkan lebih dari 150 tahun kemudian barulah sebuah
upaya/kampanye serius dilakukan untuk membebaskan kota ini dari timbunan tanah.
Raja Charles VII dari dua Sisilia sangat tertarik dengan temuan-temuan ini bahkan hingga ia
diangkat menjadi raja Spanyol. Giuseppe Fiorelli mengambil tanggung jawab ekskavasi
pada 1860. Hingga saat itu Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Di
kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan penggunaan teknik
injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur
untuk membentuk kembali permukaan tubuh mereka secara sempurna.
Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahwa Fontana menemukan beberapa fresko
erotis selama penggalian yang dilakukannya, namun karena norma-norma kesopanan yang
amat kuat saat itu ia mengubur fresko-fresko itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporanlaporan
penggalian oleh tim lain sesudahnya yang menyatakan bahwa daerah galian
tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.
Forum (bangunan untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa rumah/gedung dan
sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1000
meter persegi) ditemukan dekat dengan lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan "Grand Hotel
Murecine".
Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota kuno di mana
keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan
modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai dengan pola-pola kota Romawi
pada umumnya dikarenakan permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada di kaki
gunung). Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi murni Romawi
kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon dan memiliki bangunan-bangunan
rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan cardusnya. Decumanus
adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari
utara ke selatan.
Forum (bangunan untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa rumah/gedung dan
sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1000
meter persegi) ditemukan dekat dengan lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan "Grand Hotel
Murecine".
Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota kuno di mana
keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan
modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai dengan pola-pola kota Romawi
pada umumnya dikarenakan permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada di kaki
gunung). Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi murni Romawi
kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon dan memiliki bangunan-bangunan
rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan cardusnya. Decumanus
adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari
utara ke selatan.

Mengulang Sejarah Kaum Sodom dan Gomorah (Kaum Nabi Luth/lot)?

Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya
bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata
merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh
meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah
rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya
yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang
berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual
sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi, akan tetapi hendaknya
dipertontonkan secara terbuka.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam
waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu
meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para
penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat
sekejap tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang
asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasanganpasangan
yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan.
Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama,
dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula
pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih ABG. Hasil penggalian fosil juga
menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara
umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang
terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.


Beberapa gambar jasad-jasad tubuh penduduk Pompeii yang terawetkan secara alami

 Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa
adzab yang dikisahkan dalam Alqur'an maupun bible tentang penghancuran peradaban
kaum Nabi Luth/loth yaitu Kaum Sodom dan Gomorah.
Masyarakat Sadum atau Sodom adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak
mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab.
Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan
perampasan harta milik orang lain merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat
berkuasa, sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenangwenang.
Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas dan budaya hidup mereka
adalah perbuatan homoseks di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya.
Seorang pendatang yang masuk ke Sodom tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika
ia membawa barang-barang yang berharga, barangnya akan dirampas. Bila ia melawan
atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika
pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok, maka ia akan
menjadi rebutan mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya. Sebaliknya bila
si pendatang itu seorang perempuan muda maka dia menjadi mangsa bagi pihak
wanitanya pula.
Note : Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya:
Surat Al Anbiyaa' ayat 74 dan 75, Surat Asy Syu'araa' ayat 160 - 175, Surat Hud ayat 77 -83,
Surat Al Qamar ayat 33 - 39 dan Surat At Tahrim ayat 10.
Kisah Lot diceritakan juga dalam Kitab Kejadian 11-14 dan 19. Lot menemani Abraham dalam
perjalanannya ke Mesir dan Kanaan (Kejadian 12:1-5).




0 komentar

Posting Komentar

The Holy Bible
animasi blog